Salam semangat selalu sahabat dimanapun berada, disela-sela kesibukan kali ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal terkait dengan pemilu 2019 yang saya alami, dimana fenomena yang kita terima dari berbagai media telah terjadi banyak korban yang berjatuhan dari kalangan KPPS, PTPS dan Polri pada saat proses pemilu 2019 yang telah kita lalui bersama.
Malam ini saya menonton acara sebuah stasiun TV yang menayangkan pembahasan tetang korban KPPS yang berjatuhan hingga 500 lebih. sebelumnya saya tidak ingin menceritakan hal ini kepada pembaca setia blog saya ini, namun saya dipacu oleh perdebatan yang ada dalam acara tersebut, dan ingin meyampaikan pengalaman saya.
Awalnya saya mengira tidak ada yang perlu dikhawatirkan terkait dengan proses pemilu ini, akan tetapi dengan melihat fakta yang terjadi memang benar banyak korban meninggal berjatuhan hingga ratusan jiwa dan yang sakit ribuan. Semoga para keluarga korban meninggal dapat terhibur dan cepat pulih dari rasa kehilangan walaupun tidak akan pernah terlupakan dan tergantikan atas apapun yang diberikan oleh negara ini kepada keluarga yang ditinggalkan.
Menjelang hari H pemilihan, saya sebagai PPS dengan team telah bekerja semaksimal mungkin mempersiapkan logistik pemilu, dengan sistem bergantian dari pagi hingga pagi karena waktu sudah semakin mepet. H-3 malam saya berada di Gudang PPK untuk mempersiapkan logistik pemilu hingga pagi H-2, kemudian pada pagi hari logistik tersebut sudah dibawa kekelurahan untuk didistribusikan kepada KPPS, sesampainya dikelurahan hingga sore kami merapihkan kotak-kotak suara dengan mengurutkannya sesuai dengan no TPS yang telah dituliskan pada kotak.
Keesk hariannya, H-1 kita membagikan kota-kota tersebut kepada KPPS hingga malam sampai pukul 21.30, kemudian kita keliling kewilayah korwil masing-masing untuk memastikan TPS tersebut sudah siap untuk menyelenggarakan pemilu diesok harinya. sekitar pukul 02.00 wib pada tanggal pelaksanaan pemilu, saya kembali kerumah untuk beristirahat, dan paginya bangun untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di TPS.
Selama proses pencoblosan, berbagai permasalahan saya temukan, dimulai dari warga ber KTP diluar dari TPS tersebut ingin mencoblos, dan marah-marah karena merasa hak mereka telah dihilangkan, Warga yang tidak terdaftar dalam DPT, akan tetapi dari setiap permasalahan yang tibul cenderung adalah permasalahan warga ber KTP diluar dari alamat TPS tersebut yang memaksa ingin mencoblos.
Selain itu, saya berkeliling ke setiap TPS sebanyak 42 TPS dari 84 TPS untuk memastikan tidak ada masalah yang berarti dan memberikan keyakinan kepada para KPPS bahwa saya siap datang ketika dihubungi karena ada timbul permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh KPPS di TPS.
Sepanjang waktu pencoblosan, dari pagi hingga siang hari jika dihitung terdapat panggilan telepon dari KPPS, PTPS, Warga ke HP saya sebanyak 500 panggilan lebih, bahkan terkadang saya merasa hendak muntah karena selesai menerima panggilan telepon, harus menerima panggilan lain, sehingga saya menggunakan headset untuk menerima panggilan tersebut, sembari saya berkendara menuju TPS yang memeng membutuhkan saya hadir dilokasi.
Kemudian, pada saat waktu pencoblosan kepada warga yang tidak terdaftar, semakin banyak timbul permasalahan yang sama, mau tidak mau, kembali saya berkeliling untuk memberikan penjelasan kepada warga yang ingin mencoblos.
Hingga pada saat perhitungan suara, berbagai permasalahan, diantaranya adalah keraguan KPPS terhadap suatu permasalahan yang timbul di TPS dan memiliki interflasi yang berbeda antara KPPS dengan PTPS, dan atau KPPS dengan Saksi. sampai pada akhirnya proses pengembalian kotak. pada pukul satu malam, saya coba bertanya di grup WA ketua KPPS, apakah masih ada KPPS yang belum selesai melaksanakan perhitungan suara, dari grup tersebut saya menemukan beberapa TPS belum selesai melaksanakan perhitungan, sehingga saya datangi untuk membantu.
Pukul dua malam saya menuju gudang Logistik PPK untuk menerima kotak suara hasil pemungutan dan penghitungan suara dari setiap TPS, berlangsung hingga pukul 06.00 pada tanggal 18 april 2019, dari proses itu, masih banyak yang harus kami benahi dikareanakan adanya kesalahan dalam penulisan Salinan C1. dalam keadaan lemas dikarenakan kelelahan dari pagi hingga pagi, saya cek kotak suara yang masuk, ternyata masih ada 3 TPS yang belum masuk, sehingga kita menunggu sembari berkoordinasi dan pada pukul 07.00 dua TPS datang menghantarkan kotak suara dengan kawalan pihak kepolisian.
Setelah itu, masih ada satu TPS yang belum masuk, dikarenakan saya tidak kuat untuk berdiri lagi, saya coba menyusun beberapa bilik suara untuk dijadikan tempat istirahat, dan saya tidak tahu pukul berapa TPS terakhir datang menghantarkan kotak yang diterima oleh ketua PPS saya, dan saya terbangun pada pukul 15.00 dan saya kembali kerumah.
Malam hari saya sudah merasa kurang enak badan, sehingga saya memanggil tukang pijit, agar dapat Vit kembali, namun kondisi tubuh saya semakin menurun, sehingga keesok hariannya saya tidak mampu untuk berdiri, dan untuk kekamar mandi saja saya haru dipapah oleh istri saya, dan hal tersebut berlangsung selama 3 hari, dengan hanya keluar dari kamar untuk makan dan ke kamar mandi.
kemudian hari ke 4 saya pergi berobat ke salah satu puskesmas untuk memasikan kondisi saya yang semakin hari semakin menurun, dan disana sudah saya sampaikan kepada dokter bahwa saya ingin lekas pulih, karena proses perhitungan suara telah dimulai, saya meminta untuk dirawat agar benar-benar pulih dan terkontrol, namun tidak di ijinkan untuk dirawat inap, akhirnya saya dibawa pulang oleh istri dan dirawat dirumah kembali dan akhirnya saya minta saran obat dari temen dengan menceritakan kondisi saya.
dua hari kemudian saya sudah mulai pulih, akan tetapi terkadang saya merasa seakan dunia ini bergoyang dalam hitungan detik. namun perhitungan tetap harus dijalankan, dalam pikiran saya adalah bagai mana agar perhitungan cepat selesai, dan saya dapat kembali istirahat. Tidak bisa saya pungkiri bahwa timbul rasa takut karena melihat dan membaca dimedia bahwa bayak PPS dan KPPS yang meninggal dunia, saat itu saya berdoa, agar saya tidak termasuk didalamnya, karena anak saya masih kecil dan pastinya masih sangat membutuhkan saya.
Selama 7 hari perhitungan suara, dimulai pagi hingga malam, selama seminggu tersebut, kadang muncul rasa kesal akan apa yang kami peroleh, namun rasa kesal tersebut harus dihilangkan karena berakibat menganggu proses perhitungan suara, rasa kesal itu dihilangkan dengan menanamkan kembali dalam hati bahwa ini adalah salah satu bentuk pengabdian untuk bangsa, walau diujung cerita bangsa ini nantinya tidak pernah memikirkan bagai mana kondisi dan keadaan kami dikemudian hari.
Tulisan ini bukan untuk mematahkan semangat rekan-reakan PPS, KPPS diseluruh Tanah air, melainkan ini adalah sebuah pengalaman untuk dipertimbangkan dalam tahapan Pemilu yang akan datang, agar tidak terulang kembali seandainya tulisan ini sampai kepada para petinggi KPU, Pemerintah, Legislatif untuk memutuskan undang-undang tentang pemilu nantinya.
Salam dari saya, semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan pelajaran untuk kita semua,
Penulis,
Jan Roiko Purba