MAMBOSURI = 7
BULANAN
Jakarta, 27
Oktober 2015
Sutu kebahgiaan terhadap sebuah keluarga ketika
istrinya positif mengandung anak mereka, menjaga kandungan dengan baik,
memberikan asupan gizi yang seimbang kepada ibu, serta menjaga atau mengontrol
emosional ibu hamil sangatlah penting.
Begitulah yang dialami oleh keluarga Jan Roiko Purba
dan Ny. Purba Rice Mandela Saragih, yang pada tanggal 14 Maret 2015 telah
mengucapkan janji pernikahan di Gereja Kristen Protestan Simalungun Jemaat
Sindar Raya, resort Raya Kaehan I yang terletak di Kelurahan Sindar Raya,
Kecamatan Raya Kahean, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Kini istrinya telah menginjak bulan ketujuh
kehamilannya, “awalnya istri saya bertanya kepada saya, apakah kehamilannya
tidak diadakan acara 7 bulanan? Kemudian saya menjawab, bahwa saya tidak tahu
akan hal itu, namun kalimat 7 bulanan ini sering saya dengar, jadi saya mencoba
menguhubungi keluarga yang lebih memahami hal tersebut ” ungkap Jan Roiko Purba.
“ketika saya tanyakan kepada orang tua saya, mereka
mengatakan bahwa 7 bulanan itu sama halnya dengan acara Mambosuri dalam bahasa
Simalungun, namun hal itu tidak harus dilaksanakan” ungkapnya kembali.
Simalungun ternyata mengenal yang dinamakan 7 bulanan,
halnya dalam penyebutaanya disebut dengan mambosuri. Pada dasarnya kegiatan 7
bulanan dijalankan oleh adat jawa, dengan berbagai ritual, dimana keluarga
pihak istri datang memberikan selamatan kepada putrinya, agar kandungannya
sehat beserta ibunya, serta pada saat proses lahiran nanti dapat berjalan
dengan baik.
Bapak calon bayi yang akan lahir itu kembali
menuturkan bahwa “karena saya dan istri saya sepakat untuk melaksanakan acara
tersebut, jadi kami menghubungi ibu mertua saya untuk memberitahukan bahwa
kandungan istri saya sudah menginjak 7 bulan”
Pada sabtu (24/10) keluarga mertua saya datang dengan
membawa makanan Ikan Mas beserta nasi putih, kemudian diberikan (disurduk)
kepada keluarga Jan Roiko Purba “ on ma nang, malas ni hanami orang tua mu,
sehat janah jorgit ma ho sonai homa calon pahoppu nami in, janah sehat-sehat
homa holi bani panorang partubuh ni, sai andohar ma nimbah siboan rajoki
hutongah-tongah ni keluarga nasiam (inilah
tanda bahagia kami orang tua mu, sehat –sehat kau, begitu cuga calon cucu kami,
dan sehat juga nanti sewaktu lahiran, semoga anak kalian nanti pembawa rejeki
ditengah-tengah keluarga kalian)” ungkap Nanggi (istri dari adik bapak
mertua) yang kebetulan datang ke Jakarta dari Nagori Bah Tonang, Kecamatan Raya
Kahean, Kab Simalungun Sumatera Utara, kamudian hiou diikatkan kepada mereka
berdua.
Ketika makanan telah disampaikan, kemudian Tulang
(adik metua Jan Roiko Purba) Mesdin Saragih dari Bekasi menyuapin mereka
berdua, simbolis dari berkat Tulang. Kemudian berdoa untuk makan bersama.
Selesai makan bersama ramah tamah, atau pembicaraan
sehari-hari pun terlaksana sembari menikmati sajiak kopi panas dan buah
semangka. Setelah itu keluarga Jan Roiko Purba pun menyampaikan “demban salpu mangan” kepada orang tua.
Sesi acara singkat dalam acara mambosuri pun telah berjalan
dengan baik, tinggal menunggu ketika lahirnya anak pertama keluarga ini yang
diperkirakan antara akhir bulan desember dan awal Januari 2016, semoga semua
berjalan dengan baik anak yang lahir beserta ibunya dapat sehat dengan penuh
rahmat dari Tuhan yang maha Esa.
#sahabat_JRP